Friday, November 7, 2014

Senja di Tepian Sungai

Mereka berada dalam satu potongan kisah, senja itu. Entahlah, salah satu dari mereka hanya yakin keadaannya begitu. Atau malah keduanya?

#

Hiruk-pikuk keramaian di tepian sungai terlebar di pulau itu begitu meronakan wajah siapa saja yang melihatnya. Paduan sang lembayung jingga dan gemulai riak air sungai senja itu sungguh sebuah harmoni sempurna. Di sepanjang alur sungai sore itu, tawa, canda, dan aroma kebahagian tumpah ruah dalam satu waktu. Tampaknya memang sedang ada sebuah perayaan di sana. Benar saja, ternyata sedang diselenggarakan sebuah festival budaya.

#

Pandangannya antusias melihat keramaian yang ada. Dari dalam mobil yang ia tumpangi, kepalanya sedikit mendongak ke arah luar dari balik kaca yang terbuka. Penasaran. Tidak biasanya tepian sungai itu begitu ramai dan penuh sesak. Ditambah lagi kondisi lalu lintas senja itu sedang tidak bersahabat. Padat. Tersendat. Namun, ia tetap menikmatinya. Ia tahu bagaimana cara mengusir kegusarannya akan kondisi jalan senja itu. Mengamati setiap cuplikan episode kegiatan di hadapannya. Menarik. Begitu pikirnya.

Senja semakin ke ufuk barat. Tak dipikirkan lagi kekhawatirannya akan tumpangan mobil yang akan ia naiki selanjutnya karena harus menuju ke kota seberang. Ia tetap memandang ke arah tepian sungai senja itu. Hanya sebentar saja, pikirnya. Keramaian yang tercipta benar-benar membuatnya seperti terhipnotis. Seperti ada sesuatu yang membuatnya ingin tetap memandang lekat hiruk-pikuk di tepian sungai senja itu. Hingar-bingar, memesona.

#

Pandangannya antusias melihat keramaian yang ada. Dari balik pagar pembatas antara pinggiran sungai dan jalan raya di sampingnya ia siap mengabadikan momen senja itu. Lensa kamera profesional yang dibawanya sedari tadi sibuk mencari fokus yang pas untuk dibidik. Di tengah keasyikannya, tak sengaja kakinya tersenggol oleh balita mungil yang sedang belajar berjalan. Fokusnya buyar. Namun, ia hanya tersenyum sambil menoleh ke arah balita yang mulai berjalan menjauh darinya ke arah tepian jalan raya. Tak pelak ibu balita itu ikut berlari mengejar balitanya. Klik. Satu frame tersimpan. Tetapi pandangannya terhenti. Ia memandang ke arah jalan raya. Entahlah, ia hanya ingin menatap jalan raya yang tepat berada di sampingnya itu sejenak saja.

Setelah puas memandangi ke arah jalan raya, kini fokusnya kembali ke tepian sungai yang hari itu lebih ramai dari biasanya. Festival budaya hari itu terlihat berbeda. Menarik. Beberapa pelayar berpacu menggunakan perahu motornya. Warna-warni dekorasi perahu berkibar mengikuti arah angin dan menambah semaraknya pacuan perahu motor. Tak mau kalah, matahari senja kala itu memancarkan cahayanya yang paling hangat meneduhkan. Memantul indah sempurna di riak-riak air sungai yang dihasilkan oleh pacuan perahu motor. Momen ini tidak ia lewatkan. Segera ia fokuskan bidikan dari lensa kameranya. Dan sekali lagi, Klik! Matahari senja berhasil ia rengkuh hanya dalam sekali bidik. Cantik. Berpendar jingga, meneduhkan.


***

____________________________________________________

Selamat malam purnama, kami melihatmu. Dari jauh. Berjauhan.

No comments:

Post a Comment