Wednesday, November 5, 2014

Kampung Halaman

Mata sebenernya udah kriyep-kriyep minta diistirahatin, tapi pikiran masih mubeng-mubeng ngajak muter sana-sini. Jadinya supaya jadi melek yang produktip, saya ngoceh bermanfaat aja di sini (semoga) hehehe.

Jadi pengen nanya, pernah nggak sih kepikir kapan kita akan 'kembali'. Iya, kembali ke kampung halaman kita yang sebenarnya. Kampung halaman di mana kita berasal sebelum jadi apa-apa. Tempat nabi pertama kita (Adam as.) diciptakan. Suatu saat pasti waktu itu akan tiba. Tapi yang sudah jadi rahasia umum adalah kita tidak akan pernah tau kapan waktu itu akan datang. Rahasia besar. Hanya Ia yang tau dan berhak tau.

Manusia memiliki jalan hidupnya masing-masing. Sudah tertulis tentunya di Lauhl Mahfudz. Tidak perlu ragu apalagi bimbang. Terkadang kita masih suka bertanya di setiap episode kehidupan kita. Kenapa itu begini? Kenapa ini begitu? dan banyak jenis pertanyaan kenapa lainnya. Padahal kalau kita mau berpikir sejenak, hal tersebut sungguhlah perkara sederhana. Tidak berbelit-belit. Takdir kita sudah ditentukan sebelum kita diciptakan, tinggal gimana usaha dan doa kita yang melengkapinya. Karena doa dan takdir itu 'berperang' setiap waktu. Takdir buruk mungkin saja berubah baik di saat doa-doa kita (atau doa orang lain untuk kita) diijabah oleh-Nya. Atau malah sebaliknya. Dan sekali lagi yang perlu diingat adalah semua episode-episode itu sudah diketahui oleh-Nya. Tercatat rapi, tidak tertukar.

Sayangnya tidak semua orang berpikir demikian, pun terkadang saya saat sedang khilaf atau dalam keadaan ruhiyah lagi di dasar goa. Masih suka muncul pertanyaaan jenis 'kenapa' tadi di benak saya. Padahal kalau diingat-ingat lagi bentuk pertanyaan jenis 'kenapa' ini adalah gejala awal bentuk belum bersyukurnya kita terhadap apa yang Allah berikan seutuhnya kepada kita. Kalau dipikir-pikir lagi nih (musti banyak mikir hehe) apa sih yang nggak Allah kasih ke kita? Kurang lengkap apa lagi coba? Tapi ya kok kita manusia gini amat ya sifatnya :( suka kufur nikmat dan lupa bersyukur (istighfar banyak-banyak). Padahal Allah sudah begitu baik (teramat baik) dengan menutupi segala jenis aib kita dari orang lain sehingga kita terlihat seperti apa yang orang lain lihat. Bersyukur may, bersyukur... (astagfirullah)

Sebenernya ocehan saya ini lebih untuk mengingatkan untuk diri saya sendiri. Masih banyak kekurangan dan kesalahan-kesalahan yang sering lakukan. Padahal tabungan amal saya belum tentu surplus, eeehhh malah sering dibikin defisit. Semoga Engkau mengampuniku ya Rabb :'''''( dan ampuni pula dosa kedua orang tua saya, dan sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangi saya di waktu kecil.

Salah satu guru saya pernah berkata di dalam sebuah kajian, "seseorang itu dilihat dari bagian akhirnya". Semoga kita semua mendapatkan akhir yang baik, khusnul khotimah. Sebaik-sebaiknya keadaan untuk kembali ke kampung halaman. Allahu a'lam bisshowab.

#note to my self#

No comments:

Post a Comment