Hi dear,
Lagi pengen mengungkapkan apa yang ada di hati nih. Eiits,
bukan curcolan galau kayak biasanya tapi hehehe. Ketebak gitu yaa? Haha.
Postingan kali ini pengen nyeritaain pengalaman aku berperan jadi seorang
pemimpin dan anak buah. Baik bagi diri sendiri ataupun bagi orang lain.
Dalam perjalanan aku belajar di sebuah universitas, banyak
banget pengalaman-pengalaman berharga yang aku rasain. Aku bisa bertemu dengan
orang-orang hebat, orang-orang yang visioner, orang-orang yang berkemauan
keras, orang-orang yang ambisius, orang-orang yang terkadang acuh tak acuh,
bahkan orang-orang yang memang tidak peduli sama sekali.
Setiap orang memiliki hak untuk diri mereka masing-masing.
Bagaimana ia menjalankan perannya sebagai pembawa tongkat estafet amanah yang
sudah turun-temurun diberikan. Itu semua pilihan. Tidak ada yang memaksa.
Dalam sebuah organisasi, kita semua mendapatkan peran
masing-masing. Baik itu sebagai yang memimpin ataupun yang dipimpin. Kedua
peran ini memiliki tanggung jawab yang sama-sama besar. Tidak ada kata keduanya
saling menjatuhkan. Tentunya saling bersinergi satu sama lain.
Dalam pengalaman yang sebenarnya, aku pernah mengalami kedua
peran tersebut. Sebagai staff dan menjadi koordinator divisi. Sensasi yang ku
alami sungguh berbeda. Keduanya memiliki keunikan masing-masing.
Ketika menjadi staff, kita pasti berusaha untuk menghasilkan
output yang baik dari setiap tugas yang diberikan.
Mencoba untuk kooperatif dan justru tidak mendominasi. Karena kita satu tim dan
bukan hal sepatutnya menurutku untuk menjadi seseorang yang mendominasi.
Ketika menjadi koordinator divisi, menurutku ini pengalaman
yang sungguh luar biasa. Kenapa luar biasa? Walaupun memang tidak seberat tugas
seorang ketua kegiatan, namun tanggung jawab yang kita pegang tetap sama.
KEPERCAYAAN dan KERJASAMA. Yaa, itu yang kita sama-sama jaga. Kita dituntut
untuk menjadi sosok yang dapat diandalkan oleh teman-teman kita dalam satu
divisi. Menjadi seseorang yang bisa membangkitkan semangat teman-teman yang
lain ketika semangat itu turun. Menjadi tempat mengadu bagi teman-teman kita
satu divisi. Menjadi seseorang yang dapat mempercayai segala tugas yang ia
berikan kepada teman-temannya. Menjadi decision
maker yang bijaksana dan dapat menilai segala sesuatunya dari segala sudut
pandang. Karena apa yang kita lihat belum tentu terlihat sama di mata orang
lain.
Dalam praktiknya di lapangan memang tidak mudah. Karena kita
harus mensinergikan antara kepentingan pribadi dan kepentingan bersama. Kalau
di pelajaran PPKN waktu SD terlihat mudah kan yaaaaa teorinya? Tinggal jawab
dan fuaaalllla kelar deh. Nah kalo udah di lapangan dan dipraktikan tidak semudah
itu kawan. Tidak semua orang aku rasa dapat membuatnya seimbang. Banyak orang
yang berhasil banyak juga yang tidak. Itu semua bergantung dari idealisme
mereka masing-masing. Walau terkadang idealisme tidak melulu jadi faktor yang
menentukan disini.
Menjadi seorang koordinator divisi, bukanlah hal yang dapat
dikatakan mudah. Walaupun kata orang yang dipimpin cuma cakupan yang kecil,
tapi amanah yang ditanggung sama-sama besar menurutku. Disini kita belajar
untuk mempercayai satu sama lain dan harus bersikap bijaksana dalam mengambil
setiap keputusan. Secara tidak langsung, kita di sini menjadi seseorang yang
harus dapat diandalkan dan dapat meng-encourage
yang lainnya.
Dalam perjalanannya tidak semuanya mulus. Pasti ada saja
kerikil-kerikil yang kadang membuat kita tersentil atau malah batu-batu yang
membuat kita tersandung. Karena ini proses belajar, kalau ga ada yang beginian
ga belajar dong ya namanya? Hehehe.
Aku pernah merasakan gimana rasanya penuh tekanan, stress,
jenuh, jengkel, dan lain-lain. Tapi semua itu ga ada artinya ketika kita
melihat teman-teman sedivisi kita mendukung kita, menyemangati kita, dan care sama kita.
Ga aku pungkiri aku pernah mengalami di suatu keadaan dimana
aku memiliki sedikit rasa tidak percaya terhadap yang lain. Aku rasa semua
orang pernah mengalaminya, karena ini adalah hal yang wajar. Justru rasa inilah
awal mula dari proses pembelajaran yang sebenarnya. Rasa ini hanya terbersit
sejenak dan lalu hatimu akan berkata “Percaya! Mereka semua adalah orang-orang
yang luar biasa yang akan menjadi partner
mu menuju kesuksesan. Tidak ada yang dapat berjalan sendirian.” Percaya
deh, pasti ada perasaan seperti itu. Nah di sini peran kita sebagai orang yang
memimpin dapat memanage perasaan
tersebut dengan lebih baik.
Aku pernah ngerasain jadi seorang ketua sebuah seminar
kecil, dan disitu aku malah sibuk dengan hal-hal teknis lapangan yang
seharusnya bukan tugas aku. Aku malah sibuk sama keperluan logistik, keperluan
konsumsi, dan hal-hal lapangan lainnya yang sebenarnya bukan tugas aku. Padahal
aku seharusnya dapat mengawasi dan mengkontrol semua berjalan dengan baik.
Bukan malah in-charge di tempat yang
seharusnya aku bukan berada disitu. Ya, aku mengakui aku gagal waktu itu
sebagai seorang ketua. Walaupun teman-teman bilang “Waah, acara seminarnya
ramai ya! Berhasil nih, May.” Aku tersanjung waktu itu. Tapi dalam hati kecilku
berkata lain. Aku masih belum dapat percaya sepenuhnya kepada yang lain. Ini
masih keberhasilan semu bagiku .. (ceileee .. !! eeh beneran loh hehe).
Makanya, inilah pengalaman pertamaku dan awal aku belajar lebih percaya
terhadap yang lain.
Aku juga pernah tersentil dengan obrolan temanku beberapa
waktu yang lalu. Walau sebenarnya yang dibahas memang bukan aku. Tapi aku
pernah mengalami apa yang sedang diobrolkan waktu itu. Katanya, “Kalau masih
mondar-mandir ngurusin hal-hal teknis lapangan yang seharusnya sudah ada yang in-charge di situ, artinya dia BELUM
BERHASIL jadi ketua!”
JLEB! NAMPOL ABIS! Itu pernah banget aku alamin hehehe.
Jadi ketua boleh sih mondar-mandir, tapi dalam batasan
mengawasi keadaan BUKAN ikutan ngurusin dan ikut campur ngerecokin orang yang
lagi tugas hehe.
Nah, maka dari itu sekarang aku jadi memahami bahwa menjadi
seorang yang memimpin, memimpin apapun, kepercayaan adalah hal yang paling
penting. Yang penting PERCAYA dulu deh. Gimana kinerja teman-teman kamu itu
dapat pasti akan berjalan berinringan dengan tingkat kepercayaan kamu. Dengan
pengertian dan saling mendukung aku percaya kita dapat membangkitkan semangat
teman-teman kita. Dan memberitahukan maksud kita atau menegur tidak harus
dengan lidah. Bisa lewat tindakan positif yang kita lakukan. Terlalu banyak
omong justru bukanlah hal yang baik. WALK FIRST, THEN PEOPLE WILL SEE IT. Tapi
tidak dipungkiri komunikasi lisan juga perlu, tapi kita harus dapat menempatkan
diri kita dalam situasi ini. Karena apa yang kita ucapkan tidak akan bisa kita
tarik kembali. Ini LIVE event guys!
Ga ada SIARAN ULANG. Emangnya pertandingan sepak bola ada RECORDED VIDEO nya..
hehehe.
So, I think those all the learning process of mine. Still, I
have to do my best and caring people as much as I can. Because this is not only
talking about the task but it’s more talking about the matter that attach your heart
to understand people around you. Because you don’t live alone in this world
and you have to know it well.
Do your part and show ‘em you can do it well! :D