Thursday, September 11, 2014

Dia yang Mencuri Perhatian

Seruan pagi itu berbagai macam rupa. Dari ujung selatan hingga utara pasar kecil itu, harmoni celotehan kecil para pedagang dan pembeli tak henti-henti. Bersahutan. Saya yang berada persis di belakang ibu melangkah teratur mengikuti gerak lincahnya dari pedagang satu ke pedagang lainnya. Ya, pagi itu saya menemani ibu pergi ke pasar kecil dekat dengan komplek rumah. Suasana pasar pagi itu riuh rendah. Cuacanya juga sedang bersahabat. Tidak panas dan sedikit berangin. Dan suasana hati saya pun ikutan senang.

Langkah ibu terhenti di sebuah lapak sayuran. Dengan celotehan khas ibu-ibu, ibu saya dan si pedagang sudah asik dengan adegan tawar-menawar. Saya yang masih berada di belakang ibu juga ikutan asik. Iya, asik melihat segala aktifitas yang ada di pasar pagi itu. Hingga pada satu titik mata saya tertuju pada sosok yang tidak asing. Konsentrasi saya menikmati hiruk-pikuk pasar pagi itu seketika buyar. Sosok itu berhasil mencuri perhatian saya. Ia tidak sendiri. Sama seperti saya, ia bersama ibunya. Posisinya pun sama, tepat berada di belakang mengikuti langkah kaki ibunya.

Saya diam dan memperhatikan. Saya mencoba untuk tidak begitu terlihat mencolok kalau sedang memperhatikan. Untungnya jarak saya dan dia cukup jauh. Dan saya begitu yakin kalau dia pun tidak sadar sedang saya perhatikan. Unik. Saya pikir waktu itu. Saya senyum-senyum sendiri. Tipikal anak remaja yang sedang kesenangan melihat sosok yang sebelumnya sama sekali tidak terlintas di dalam benaknya tetapi pagi ini dengan sukses mencuri perhatiannya. Unik. Karena ia bersama ibunya, menemani ibunya. Di pasar. Tempat di mana sebagian anak, laki-laki khususnya, begitu malas untuk berlama-lama. Tetapi sekarang dia ada di pasar bersama ibunya. Dan saya kagum. Kekaguman sederhana. Sesederhana alasan saya untuk memperhatikannya dalam diam pagi itu.

#ceritafiksi